Tuesday, April 24, 2012

Hopeless

Aku manusia biasa. Tidak luar biasa, hidup seperti biasa saja. Tidak ada spesialnya hidup ini, tidak ada gunanya aku hidup. Aku hanya benalu bagi orang lain, apa gunaku selain merugikan yang lain? Lebih baik aku mati saja. Apa gunanya berharap lagi akan kebaikan? Apa gunanya harapan sekarang?

Jangankan berharap, aku pun sudah tak diharapkan. Aku selalu dipandang sebelah mata, bahkan aku tak dilihat. Ada atau tidak ada aku, tidak akan ada yang berubah. Aku hanya aksesoris, tidak penting. Harapanku musnah, hopeless.

Semua boleh hilang, tapi jangan sampe harapan itu hilang. Tapi sungguh malangnya aku, aku kehilangan harapanku. Hal terpenting yang aku punya dalam hidupku. Aku ingin mati! Sulit hidup tanpa harapan. Lagipula apalagi yang dapat kuharapkan? Semuanya musnah. Aku terjatuh dan tak bisa bangkit. Aku tak bisa menaruh harap lagi.

Aku mencari harapan, harapan baru. Carilah maka aku akan mendapatkan, betul bukan? Aku mencari, aku menganalisa. Apakah itu adalah harapan sejati atau harapan palsu. Aku berusaha tak jadi benalu, aku berusaha berubah menjadi aku yang baru. Aku temukan harapan, kecil, aku tak tahu akan cukup atau tidak harapan kecil itu.

Saatku mulai berharap, godaan dan tantangan datang silih berganti dan tak henti-hentinya menerjangku. Aku mendekap harapanku, aku tak mau kehilangan harapanku lagi. Aku sakit, aku terluka, aku masih mendekap harapanku. Dan aku mulai berharap agar aku tak kehilangan harapan lagi, dan aku akan merawat harapan itu dengan baik. Memberikan yang terbaik untuk harapanku itu. Terkadang aku lelah, aku taruh harapanku, dan seringkali aku menghilangkan harapanku itu. Saat hilang aku mencarinya, tetapi aku, HOPELESS..


By Bavai Damos Natanael Siagian
24 April 2012, Bandung
@My Home

Thursday, April 19, 2012

Yin and Yang

Yin Yang, lambang keseimbangan. Hitam dan putih, warna yang sangat kontras, sangat berbeda. Dimanakah keseimbangan itu tergambarkan? Yang ada hanya perbedaan yang kontras. Perbedaan penyebab konflik bukan?

Perbedaan, banyak orang bertengkar karena perbedaan. Mulai dari perbedaan warna kulit, suku bangsa, agama, semuanya bertengkar karena perbedaan itu. Masihkah Yin Yang jadi lambang keseimbangan? Bahkan perbedaan hal yang kecil saja jadi pertengkaran, beda pendapat, beda pola pikir, beda sifat. Ah! Semua saja yang berbeda dipertengkarkan! Bahkan untuk hal yang tidak penting seperti perbedaan wajah pun dipertengkarkan. Bodoh sekali bukan?

Perbedaan bukan untuk dipertengkarkan dan dipermasalahkan. Perbedaan memang sengaja diciptakan. Agar semuanya tidak seperti robot yang dikontrol secara otomatis oleh satu mesin. Keegoisan pun diciptakan agar tidak terjadi kesamaan dalam semua hal. Perbedaan dapat menjadi pelengkap bagimu, sobat. Bayangkan saja kalau semuanya harus sama. Apakah pernah terbayangkan jika semua jarimu hanya jari telunjuk? Aneh bukan? Maka diciptakanlah jari-jari yang lain, yang berbeda rupa dan bentuknya.

Jangan anggap dirimu paling benar, sebab jikalau memang kamu benar, kamu hanyalah sebijih pasir dari pasir di seluruh pantai di dunia. Kebenaranmu hanya sekecil itu. Jangan juga menganggap orang yang berbeda tak dapat mengerti dirimu. Mungkin dia tidak mengerti kamu, menurutmu. Tapi baginya, dia sudah mengerti dirimu dengan caranya sendiri. Cara yang berbeda dengan pandanganmu.

Perbedaan pasti ada, terima saja, jadikan itu pelengkapmu. Yin Yang, hitam dan putih. Perbedaan yang kontras namun tegas. Tidak abu-abu. Hitam melengkapi putih yang terang, dan putih melengkapi hitam yang gelap. Itulah saling melengkapi.

By Bavai Damos Natanael Siagian
19 April 2012, Bandung
@My Home

Keahlian Tembus Pandang

Keahlian apa yang kau punya? Keahlian dalam hal akademis atau non akademis? Keahlian membuat sesuatu atau memperbaiki sesuatu? Aku mempunyai keahlian "super", keahlian yang dimiliki "Super Hero", tepatnya keahlian hantu. Keahlian tembus pandang.Aku tak terlihat. Aku di sini bersama kalian. Aku di sini di dalam keramaian. Namun aku tak terlihat, tembus pandang.

Aku berkarya, aku berpendapat, namun tak ada yang direspon. Aku tak terlihat bagi kalian. HEI! AKU DI SINI! Teriakku dalam hati. Namun mata hati kalian tak juga melihatku. Aku peduli kepada kalian, tapi kalian tak peduli padaku. Tentu saja begitu, sebab aku tak terlihat. Lelah aku teriak, percuma saja bukan?

Aku berjalan diantara kalian. Melewati kalian dengan memandang lurus ke depan. Berjalan terus sampai ada yang melihatku dan menyapaku. Sudah bertahun-tahun aku berjalan di antara kalian, berusaha untuk terlihat. Satu hari aku menyerah dan pergi ke pojokan gelap, sendiri, mencekam. Aku menangis. Pojokan gelap itu pun semakin suram.

Di pojokan lain aku menemukan cinta kecil, cintamu. Satu hal yang kutahu, kamu memiliki "keahlian" yang sama denganku, tembus pandang. Kamu memandangku, menyuguhkan cinta kecilmu padaku. Aku terima dengan senang hati. Bukan hanya melihatku, tapi dia juga memberiku cinta, meskipun kecil, aku tak peduli. Aku sangat butuh cinta. Cintaku besar namun aku tak bisa mencintai diriku sendiri, karena tetap saja aku sendirian. Aku sadari hal lain, aku yang tembus pandang, hanya dapat dilihat olehmu yang juga tembus pandang.

By Bavai Damos Natanael Siagian
(Before story of  "Tangisan yang Tak Pudar")
2 April 2012, Bandung
@SMAK 2 BPK PENABUR

Words of My Heart: Menulis

Words of My Heart: Menulis: Dengan alat apakah yang sering kamu pakai untuk menulis? Pensil? Bolpen? Ataukah komputer? Apa alasanmu menggunakannya? Aku suka menulis d...

Words of My Heart

Kalimat-kalimat yang tertulis berasal dari hati. Kata per kata muncul dari hati. Hati seperti apakah yang dapat mengungkapkan semua ini? Hati yang penuh cinta dan tak bercacatkah? Atau hati yang hancur yang penuh luka? Hanya dia yang mencintaiku yang tahu bagaimana hatiku ini. Apakah kamu ingin tahu juga?

Baiklah aku jelaskan bagaimana hatiku.

Hatiku bukan hati yang tak bercacat, banyak luka. Perih rasanya, menyakitkan. Hati yang hancur, disentuh sedikit pun pasti sakit. Terkadang sentuhan cinta pun jadi terasa menyakitkan. Namun sentuhan cinta itu bagaikan obat bagiku, kadang terasa perih, namun dampaknya menyembuhkan luka.

Hati inilah yang dapat mengungkapkan semua yang aku tulis. Hatiku yang membuat kata per kata itu. Hatiku yang menyusun kalimat-kalimat itu. Hatiku, hancur, namun penuh cinta. Bagaimana dengan hatimu? Aku harap, bagaimanapun keadaan hatimu, kamu masih dapat mengungkapkan perasaanmu.

Hatimu bukanlah mainan, ingat itu. Perasaanmu pun bukan mainan. Jangan kamu pakai untuk hal-hal tidak berguna. Hatimu hanya ada satu, jangan kamu berikan pada banyak orang. Hatimu mudah hancur, tapi jangan menyerah karena patah hati. Hati yang hancur, patah, dapat disembuhkan dengan cinta. Jangan menyerah sobat, sekali lagi jangan menyerah. Kamu dicintai, hargai cinta yang diberikan untukmu. Jangan sia-siakan cinta yang diberikan, sebab cinta bukanlah hal yang murah dan mudah didapatkan. Tidak seperti rasa suka yang kau dapatkan dari orang lain karena kamu cantik, tampan, pintar, baik, ramah, perhatian, dan sebagainya yang membuat orang lain suka padamu. Cinta lebih dari itu.

Kembali lagi pada hatiku yang menulis semua ini. Hati ini sungguh aku banggakan, apalagi ada dia yang kucintai di dalamnya. Tulisan dari hati, ungkapan hati, semua yang berasal dari hati, lebih berdampak daripada yang berasal dari keegoisanmu. Hatimu adalah pengubah dunia. Seperti apakah hatimu?

By Bavai Damos Natanael Siagian
19 April 2012, Bandung
@Father's Office

Wednesday, April 18, 2012

Halaman Selanjutnya

Ini ceritaku, kuceritakan untuk mereka yang menyerah. Yang diam pada halaman cerita hidupnya yang menyedihkan. Yang takut membuka halaman selanjutnya.

Hidupku tak seindah senyumku, tak seceria tawaku. Buku cerita hidupku sungguh menyedihkan. Halaman demi halaman kulewati. Sakit, pedih, membuatku sempat patah semangat. Mungkin kalian bilang kalau kalian pasrah, padahal kalian menyerah. Takut membuka halaman selanjutnya. Apakah kamu pernah mengalami apa yang telah kualami? Mungkin pernah. Cobalah buka halaman selanjutnya. Kalau kalian pernah mengalami yang kualami, bukalah!

Jangan kalian hanya menerima kenyataan, hadapi kenyataan itu. Bukalah halaman selanjutnya, tulislah kembali kisah hidupmu. Jangan katakan aku tidak tahu penderitaanmu, aku tahu dan aku sudah mengalami. Aku pernah jatuh dan tak dapat berdiri, tiada siapapun di sana, hanya ada aku yang tertelungkup di tanah. Aku berusaha maju, merayap bagai orang yang kehilangan kakinya. Aku terjatuh di dalam kegelapan, aku merayap menuju cahaya kecil di ujung sana.

Kalian memang terlihat tegar, tidak sepertiku yang menangis hingga menangis darah. Kalian berdiri namun tak beranjak, sedangkanku merayap maju. Majulah perlahan, sakit, tapi tetaplah maju. Ada cahaya pada halaman selanjutnya. Ada aku yang telah sampai di sana. Bukalah halaman selanjutnya, tuliskan kisah hidupmu.

By Bavai Damos Natanael Siagian
1 April 2012, Bandung
@My Home

Tangisan yang Tak Pudar

Kau termenung sendiri di pojok sana. Gelap, sepi, mencekam. Kau menangis, meratapi dia yang pergi tinggalkanmu. Kau sadar aku yang mengamatimu dari pojok gelap lain. Aku menangis, meratapi dia yang telah pergi tinggalkanku.

Aku ingin memelukmu, dan akupun ingin kau peluk. Air mataku hampir habis. Aku merayap mendekatimu, kaupun datang, perlahan tapi pasti. Air matamu masih berlinang. Kau berusaha bangkit namun tak mampu. Aku bangkit dan berusaha membangkitkanmu.

Aku tahu betapa dalamnya cintamu padanya. Tangisanmu tak pudar seraya dirimu datang mendekatiku. Kuhapus air matamu. Aku mendekapmu, berusaha membuatmu nyaman. Terkadang pelukanku terlalu kuat dan menambah tangismu.

Tangisanmu sedikit memudar. Aku berharap tangisan itu akan hilang. Kuberikan harapan itu padamu. Tangisan yang tak pudar, akan menghilang. Tangisan sedih itu, akan menjadi tangisan haru, tangisan bahagia. Tangisan yang tak pudar, tak akan terjadi lagi. Aku di sini untukmu.

By  Bavai Damos Natanael Siagian
1 April 2012, Bandung
@My Home

Segalanya Bagimu

Aku... Inilah aku, aku yang mencintaimu. Mencintai dirimu yang telah hilang arah. Lihatlah aku,  ikutlah aku. Aku melihat jalan, jalan yang menuju kebahagiaan. Kau yang telah hilang arah, kau selalu mencari arah. Kau pun kehilangan banyak hal, sedangkan aku memiliki banyak hal.

Cinta itu memberi, memberi apapun yang dimiliki. Aku berikan semuanya untukmu, itu kataku. Segalanya bagimu. Kuberikan padamu apa yang aku miliki. Cinta, kasih sayang, perhatian, pengertian, kesabaran, segalanya bagimu. Kau hanya memiliki sedikit cinta, kau berikan itu padaku. Aku tak puas. Aku marah. Aku merasa rugi.

Dasar bodoh, aku marah pada diriku sendiri. Aku tahu memang hanya itu yang kau punya. Hanya itu yang bisa kau berikan. Seharusnya aku pun tidak mengatakan "hanya". Itu yang kau berikan. Itu kalimat yang mendekati benar. Segalanya bagimu, itu katamu. Itulah kalimat terbaik.

Aku sadar, cintamulah yang sejati. Kau yang memberi segalanya, bukan aku. Aku memberi yang aku punya, masih kusisakan di dalam diriku. Setelah kupikirkan lagi, ini kusimpan untukmu, untuk mencintaimu lebih dan lebih lagi tiap hari. Dan cinta kecilmu ini, akan kurawat hingga bertumbuh menjadi cinta yang besar. Cinta sejati, segalanya bagimu, itu kata kita. Segalanya untuk kita.

By Bavai Damos Natanael Siagian
1 April 2012, Bandung
@My home

Tuesday, April 17, 2012

Menulis

Dengan alat apakah yang sering kamu pakai untuk menulis? Pensil? Bolpen? Ataukah komputer? Apa alasanmu menggunakannya?

Aku suka menulis dengan bolpen. Kenapa? Sebab dia tak dapat dihapus, permanen. Tapi sayangnya, saat terjadi kesalahan, aku hanya bisa menutupinya, bukan menghapusnya. Sebab percuma saja kuhapus, tak akan hilang.Aku merasa hidupku seperti tinta yang keluar dari bolpen. Sedangkan aku sendiri adalah bolpen itu. Aku bergerak dan meninggalkan jejak, membuat suatu karya. Hidup tentu saja tak dapat hilang, permanen. Kita tidak bisa menghapus hidup kita yang sudah lewat. Mungkin kamu pernah menganggap kalau kamu bisa menghapus hidupmu, masa lalumu. Kamu salah, kamu hanya menutupinya, menggoresnya atau melumurinya. Semakin kita gores, akan semakin rusak media yang kau pakai, apalagi melumurinya dengan cairan, menunggunya kering lalu kamu tulis kembali di atasnya. Kamu berpura-pura tidak tahu dengan kejadian yang pernah kamu tulis di bawahnya.

Kesalahan kita tak akan hilang, hanya bisa diperbaiki pada kata-kata selanjutnya yang akan kita tulis. Jangan takut untuk salah menulis sebab kamu dapat memperbaikinya pada kata-kata berikutnya. Jangan ulangi cerita yang sama. Pembaca akan bosan membacanya meskipun hanya kamu yang membacanya. Jangan hidup seperti goresan pensil, yang dapat meninggalkan jejak seenaknya lalu menghapusnya lagi. Meskipun meninggalkan jejak yang baik, orang lain dapat menghapusnya.

Cobalah untuk menulis tentang hidupmu jika kamu ingin tau bagaimana kehidupan yang telah kamu alami. Tulislah dengan pensil jika kamu sadar sering membohongi dirimu sendiri. Tulislah dengan bolpen jika kamu ingin tahu bagaimana memperbaiki kesalahanmu. Tulisan tentang hidupmu akan menjadi berkat untuk orang yang mau mengerti, namun dapat jadi hinaan untukmu jika orang yang membacanya tidak mau mengerti.

By Bavai Damos Natanael Siagian
27 Maret 2012, Bandung
@Istana Plaza

My Dream

Aku hidup dalam mimpi, mimpi bersambung yang tak berakhir. Ada mimpi yang menyenangkan, ada juga mimpi yang menyedihkan. Mimpi yang menyenangkan sangat aku inginkan untuk menjadi kenyataan, sedangkan mimpi yang menyedihkan.... aku bersyukur itu hanya mimpi.

Aku hidup dalam mimpi, mimpi bersambung yang tak berakhir. Mimpi itu selalu berubah tiap malam. Mimpi yang menyenangkan ingin kuulang pada malam berikutnya, sedangkan mimpi yang menyedihkan.... aku berharap akan berubah pada malam berikutnya. Senang dan sedih, aku alami semua selama ini, namun aku hidup dalam mimpi, tidak nyata.

Mimpi mudah hilang, namun aku hidup di dalamnya. Senang ataupun sedih, ingin kualami secara nyata, untuk mengajariku tentang kehidupan. Saatku terbangun, membuka mata, yang kulihat selalu "Laci Memori", sebuah laci kayu biasa yang tergantung di tembok kamarku. Kunamai laci itu demikian karena dari sanalah mimpiku terbentuk, ingatanku tentang kehidupan nyata yang telah lewat, hilang, sama seperti kehidupan mimpiku. Di laci itu tergantung ingatanku akan masa bahagia semu, kesenangan sementara dan kasih yang tak sampai. Aku lebih suka menganggap hidupku adalah mimpi, karena di saatku terluka, luka itu akan hilang begitu saja bersama mimpiku.

Aku ingin mengubah mimpiku esok harinya. Aku terbangun, mimpiku usai, lukaku yang kusimpan dalam mimpi musnah bersama mimpiku semalam. Bahagianya aku dapat menghapus luka dalam waktu semalam saja. Walaupun terkadang luka itu kembali dari "Laci Memori"-ku, tanpa ragu kumasukan kembali lukaku ke dalam mimpi dan musnah esok harinya.Itulah hidupku, hidup dalam mimpi, mimpiku.

Mimpi adalah harapan, namun akan musnah. Tetapi aku tak takut bermimpi, mimpi adalah hidupku. Yang kuingini sekarang hanyalah membuat satu mimpiku menjadi nyata dan tak musnah. Mimpi hidup bersamamu, mencintaimu, membahagiakanmu. Maafkan aku telah melukaimu, sebab cintaku masih di dalam mimpi.

Aku hidup dalam mimpi, mimpi bersambung yang tak berakhir. Apakah kamu akan memberikanku sesuatu untukku yang mungkin tak terlihat namun dapat mengubah "Laci Memori"-ku menjadi lebih bermakna? Yang dapat menghapus kebahagiaan semu yang telah kualami. Dapatkah kamu menghapus mimpi-mimpiku yang menyedihkan? Kamu yang berawal dari mimpiku malam itu, dapatkah kamu menjadi nyata untukku? Mimpiku yang tak berakhir, ingin kuakhiri dengan kenyataan hidup bersamamu.

By Bavai Damos Natanael Siagian
27 Maret 2012, Bandung
@Istana Plaza