Thursday, May 31, 2012

Feel The Pain

Bantu aku untuk hidup, bimbing hidupku. Itupun kalau kau bisa, tak usah dipaksakan. Hidupku pun sudah terlalu berat untuk dilanjutkan, terlalu sulit dan rumit untuk diselesaikan. Keseharianku hanya seperti angin yang pergi tak tentu arah. Menabrak rumah, menabrak pohon, menabrak semua yang ada di depanku. Aku butuh perhatian mereka, tapi aku tak terlihat di mata mereka. Mereka hanya bisa merasakan amarahku, kesalku, kebencianku, tawaku, senyumku, tapi aku tak dihiraukan. Sedangkan aku sakit menabrak mereka.

Seberapa banyak kau bisa mengerti kesakitanku ini? Kau pikir mudah jalani hidup seperti ini? Sulit, sangat sulit. Rasakan dahulu hidup sepertiku, baru kau bisa mengerti seberapa berat hidup seperti angin. Bicara tak dihiraukan, berkarya tak dihargai, sulit sekali mendapat kepercayaan orang lain. Ku buktikan aku tidak lemah, ku buktikan aku tidak buruk, ku buktikan aku dewasa, tapi tak ada hasilnya. 

Rasakan sakitnya! RASAKAN SAKITNYA!! Kau tahu apa?! 

Lelah, aku lelah begini terus, kapan aku bisa tenang? Ayolah bantu aku! Tapi kau tahu apa? Ya sudahlah, begini saja.. Kau ikut aku, rasakan hidup sepertiku. Jangan banyak bicara, jangan berontak, ikut saja. Setelah kau rasakan kau bebas bicara apapun padaku. Aku pun akan mengikutimu, tapi tolong jangan tinggalkanku. Aku percaya padamu kalau kau bisa selesaikan masalahku ini. Tapi... 

RASAKAN DULU SAKIT YANG KU ALAMI!!

By Bavai Damos Natanael Siagian
31 Mei 2012, Bandung
@My House

The Missing Lost Thing

Hopeless: Memang sudah hilang ya sudahlah, untuk apa dicari lagi kalau memang sudah hilang.
Hopeful  : Masih ada harapan, sobat.
Hopeless: Harapan apa? Berharap yang hilang bisa kembali sendiri?
Hopeful  : Berharap saja ada yang menemukannya untukmu.
Hopeless: Tidak mungkin, kamu tahu kan, yang hilang itu memang sudah tidak ada. Untuk apa berharap?
Hopeful  : Berharap saja ada yang bisa membuatnya menjadi ada.
Hopeless: Tidak mungkin!
Hopeful  : Mungkin saja, jangan berpandangan orang lain tidak bisa apa-apa untuk masalahmu.
Hopeless: Kalau memang terbukti?
Hopeful  : Yakinlah itu bukan yang sebenarnya, kalau itu hanya yang kamu lihat di luarnya saja.
Hopeless: Siapa yang bisa membuat hatiku terisi penuh?
Hopeful  : Tuhan, sobat.
Hopeless: Dimana Dia, aku tidak melihat-Nya. Dia pun sesuatu yang hilang.
Hopeful  : Hatimu yang tidak hidup itulah yang membuatmu kehilangan Dia.
Hopeless: Begitukah?
Hopeful  : Ya, begitulah, mau kubantu menghidupkan hatimu?
Hopeless: Memangnya kamu bisa? Hatiku bahkan sudah hilang.
Hopeful  : Aku harap aku bisa. Kalau hatimu hilang, kuberikan sebagian hatiku untukmu.
Hopeless: Tidak perlu, aku juga tidak butuh lagi. Aku takut hati itu rusak lalu hilang lagi.
Hopeful  : Tak apa, akan kuberikan lagi.
Hopeless: Tidak usah.
Hopeful  : Kalau begitu biarkan aku berharap untukmu. Berharap agar kamu menemukan hatimu, maka kamu akan menemukan Tuhan. Setelah kamu menemukan-Nya, kamu bisa mendapatkan kembali isi hatimu. The missing lost thing, the missing thing is your heart, so you lost your God. When the missing thing is your God, you lost everything.

By Bavai Damos Natanael Siagian
31 April 2012, Bandung
@My House

Monday, May 21, 2012

Pulang (My Prayer)

Aku sudah pergi lama dari-Mu, aku merindukan-Mu. Pelukan-Mu yang hangat dan nyaman. Senyum-Mu yang menenangkanku. Tuhan, aku merindukan semua itu, aku merindukan-Mu. Aku ingin pulang.

Kini hidupku berat, Tuhan. Telah cukup lama aku "mandiri" tanpa-Mu. Aku harus melawan setan dunia ini, mengasihi sesama yang memusuhiku, menasihati orang yang tidak peduli padaku, aku lelah.

Aku ingin pulang, seperti anak yang hilang, aku ingin kembali dan memeluk-Mu, Bapa. Aku tak bisa sendiri, aku tak cukup kuat menghadapi semuanya. Aku menangis tetapi tidak ada yang peduli, aku berteriak tetapi tidak ada yang mendengar. Kenapa dunia lebih menyukai setan yang membuat mereka nyaman daripada Engkau yang membuat mereka damai? Tidak tahukah mereka kalau itu hanya kenyamanan semu yang setan beri?

Tuhan, selamatkan mereka. Aku tak bisa sendiri, aku tak bisa tanpa-Mu. Aku tahu hanya Engkau yang bisa mengubah mereka, pikiran mereka, hati mereka. Tapi apakah mereka mau? Apa mereka mau melepas kenyamanan semu itu? Bapa, sadarkan mereka. Sadarkan aku dan ubah juga aku menjadi alat-Mu yang kuat.

By Bavai Damos Natanael Siagian
19 Mei 2012, Bandung
@Gramedia Merdeka

Sunday, May 13, 2012

We're Dust

Sombong, dasar sombong, apa yang tak kau punya? Hidupmu sempurna? Jadi serendah itu kau tahu tentang kesempurnaan. Harus kau tahu, tak ada yang sempurna. Sia-sia saja kau begitu, tak akan menghasilkan apa-apa. Yang kau lakukan hanya menyenangkan dirimu sendiri, terpikirkah olehmu orang-orang yang ada di sekitarmu? Harta, kecantikan, ketampanan, kepintaran, semuanya hanya sementara, hanya puluhan tahun bersamamu. Untuk apa kau sombongkan? Semua juga bisa mendapatkan itu.

Persahabatan, apa kau punya sahabat itu? Sahabat sejati yang tau yang terbaik untukmu. Yang kau punya hanya sahabat yang membawamu untuk sombong dan semakin sombong. Kau punya komunitas "Tumbuh Bersama", faktanya kalian sombong bersama. Aku memang sampah bagi kalian yang punya segalanya, aku hanya salah satu dari sampah-sampah yang kalian hina. Kau tahu betapa sakitnya kami? Kau tahu apa tentang kami para sampah ini?

Aku hanya ingin hidup sesuai jalanku, karena akulah yang memilih jalan hidupku, bukan kau. Aku tahu kau berniat baik sesuai jalanmu, sesuai dengan yang kau anggap benar. Namun sayang sekali sobat, kau malah merendahkanku, bukan hanya aku, tapi kami yang tersisihkan dari kalian. Kau harus tahu mengapa kami begini, tenang saja, aku akan berubah. Tapi tunggu dulu, aku belum kuat, kami belum kuat. Kuatkan aku sebelum kau ingin mengubahku.

Kita sama-sama debu, diciptakan dari debu. Sebagus apapun kau, kau tetap debu, sejelek apapun aku, akupun debu. Dari debu akan kembali menjadi debu. Percumalah sudah kini kesombonganmu sobat. Aku ingin berubah, lebih baik dari yang kau inginkan dariku. Terima kasih atas jalan yang sudah kau tunjukkan untukku. Jalan untuk keluar dari kekelaman ini, aku pun muak dengan semua ini. Tapi aku tak bisa apa-apa sekarang, tapi aku berusaha.

Kita sama-sama debu, kita mengikuti angin dunia ini. Apa yang dapat debu lakukan untuk melawan angin? Hanya menempel pada benda di sekitar kita. Debu akan terus menempel sebelum angin semakin menderu menerpa. Debu tak bisa apa-apa, tak usah kau sombong.

By Bavai Damos Natanael Siagian
13 Mei 2012, Bandung
@My Home

Friday, May 4, 2012

Cukuplah Bersedih

Sudah bertahun-tahun kau begitu, menangis dan menangis. Habislah air matamu menangisi kesedihanmu. Sebenarnya apa masalahmu? Cukuplah kau bersedih, tak ada gunanya. Aku ada di sini untukmu, menemanimu dalam sepimu, mencoba menghapus kesedihanmu. Kalau kau tidak kuat berjalan sendiri, aku akan menggendongmu.Kau tidak sendiri, jangan memaksakan diri.

Kesedihanmu akan berakhir, tergantung pada siapa kau berpegang. Pada Tuhan kah atau pada dunia ini? Aku hanya membantumu, jangan kau berpegangan padaku. Berpeganganlah pada Tuhan, Dia yang tahu segalanya tentangmu.

Hari demi hari aku bersamamu, melihat perkembanganmu. Aku menanti berakhirnya kesedihanmu itu. Aku ingin melihat senyummu yang manis dan penuh kedamaian. Bahagianya aku jika dapat melihatmu begitu. Aku ini hanya orang biasa yang ingin membuatmu luar biasa. Luar biasa tegarnya dalam hidup, luar biasa sabarnya menghadapi masalah.

Berjanjilah padaku satu hari nanti kau akan berhenti bersedih. Aku akan selalu ada untukmu hingga hari itu tiba dan untuk hari-hari selanjutnya. Aku bawakan tawaku untukmu, aku berikan senyumku untukmu, kubagikan bahgiaku untukmu, agar tiada lagi kesedihanmu.

Jangan menyerah, karena kau dicintai. Jangan menyerah, ini hanya beban dunia. Saat hatimu berat, aku akan mengangkatnya untukmu. Jangan menyerah, karena kau ingin didengar. Saat keheningan membungkammu, aku akan menghancurkannya untukmu. Jangan menyerah, karena semua orang ingin dimengerti. Setidaknya aku dapat mendengar dan mengerti keinginanmu. Jangan menyerah, itu hanya kepedihan yang kau sembunyikan. Saat kau tersesat di dalamnya, aku akan mencarimu. Jangan menyerah, karena kau ingin bercahaya. Saat kegelapan membutakanmu, aku akan menyinarimu dan membimbingmu.

By Bavai Damos Natanael Siagian
4 Mei 2012, Bandung
@My Home

Wednesday, May 2, 2012

Peperangan Jiwa

Hai kau jiwa yang hilang, sedang apa kamu bersama mereka? Kau tak seharusnya ada di sana, mereka penyesat. Kemarilah sebelum terlambat, ayo, kemarilah. Sadarlah, kau sudah dipengaruhi. Lihatlah hidupmu, dimana kedamaian terpancar dari hidupmu?

Katanya kau nyaman di sana, banyak kesenangan kau dapatkan di sana. Benarkah itu? Jujur aku tak dapat melihat apa yang kau katakan itu. Kau makin terlihat suram dan kacau, sorot matamu menandakan kau tidak nyaman, kau tidak bahagia. Kebencian terpantul jelas pada  matamu, kebencian mengontrol hidupmu. Sadarlah dan lihatlah siapa yang sebenarnya mencintaimu! Orang yang memberikanmu kenyamanan tapi membuatmu tersesat atau orang yang buatmu tak nyaman karena omelannya yang menyebalkan namun baik untuk hidupmu?

Bukalah mata hatimu yang dibutakan oleh cinta yang salah, oleh cinta yang sia-sia. Kau bilang ingin bahagia namun kau tak menurut pada nasihat-nasihat baik. Para penyesat selalu bisa menarik hati orang, dan kau telah ditarik dan terjerumus. Lawan mereka, perangi mereka, mereka tak pantas bersamamu. Kau lebih beradab daripada mereka, kau lebih baik daripada mereka.

Perangi mereka, lawan mereka. Kau pasti menang, kau tidak sendiri, ada aku di sini. Kenapa kau tak menganggap aku menolongmu? Apa kau masih memilih hidup bersama para penyesat? Tolong kemarilah, aku tak mau kau tertinggal di belakang dan menangis sendirian. Kemarilah!

By Bavai Damos Natanael Siagian
2 Mei 2012, Bandung
@My Home

Tuesday, May 1, 2012

Siapakah Aku?

Aku hidup seperti orang kebanyakan, awalnya. Aku bergaul sesuai dengan cara bergaul orang kebanyakan, sepertinya. Aku ada di dunia ini, dimana orang-orang itu hidup. Dunia ini kehilangan rasa sosial, kataku dalam keheningan di keramaian. Aku kehilangan dia yang kucintai.

Aku hidup di dalam kota yang besar, banyak orang lalu lalang ke sana kemari. Aku ada di tengah-tengah mereka. Aku kesepian dalam keramaian. Aku kesepian bukan karena sendirian, banyak orang di sekitarku. Aku kesepian karena tidak ada orang yang kucintai di sini, dalam keramaian ini.

Aku tertidur pada satu malam, aku bermimpi. Dalam mimpiku, aku dapat terbang, aku terbang tanpa sayap. Melesat pergi keluar dari kota ini tanpa ada yang menghambatku. Aku pergi ke padang rumput yang luas dan berbukit-bukit. Langit sore keemasan, sungguh indah. Aku bersender pada sebatang pohon besar yang rindang di tengah padang rumput itu, memejamkan mata dan menikmati kesendirianku yang sejati ini. Aku kesepian, namun kali ini lebih sesuai. Tidak ada siapapun di sana selain aku. Inilah yang kumau jika aku tak dapat bertemu dengannya lagi. Sunyi sepi sendiri di tempat yang indah. Dari kejauhan kulihat seseorang datang padaku, seorang perempuan. Dia datang padaku, namun tak cukup dekat untuk melihat wajahnya. Aku pun mendekatinya, berusaha untuk mengetahui siapakah dia.

Aku datang mendekatinya, saat aku mendekat, dia menghilang. Mimpiku berakhir. Aku terbangun dari tidurku dan menyimpan tanya, siapakah perempuan itu? Aku bangun dari tempat tidurku lalu melanjutkan kehidupanku seperti biasa, seperti orang kebanyakan. Berharap tidurku malam ini akan melanjutkan mimpiku semalam.

Pada malam itu aku pulang dengan tubuh lemas aku menuju kamarku, tertidur pulas. Aku bermimpi lagi, kali ini aku terbang dengan sayap putih besar menuju padang rumput itu. Kali ini aku tidak duduk diam, aku langsung menuju tempat dimana perempuan itu muncul. Dan akhirnya dia tak muncul juga, apakah aku tak bisa melihatnya? Tiba-tiba ada yang memeluk lembut dari belakangku. Perempuan itu memelukku, aku langsung mengenalinya, dia adalah perempuan yang kucintai selama ini. Aku memeluknya, mendekapnya. Kami berjalan-jalan berdua di padang rumput itu. Bahagianya aku dapat melihatnya lagi, kami tertawa, berlari-lari, dan kami beristirahat bersama di pohon besar itu. Aku mendekapnya lagi, tangan dan sayapku menjadi selimut baginya.

Aku terbangun dengan senyuman yang ringan. Senyuman bahagia yang tak dapat dijelaskan. Aku memulai kembali kehidupanku sehari-hari. Namun kali ini berbeda, mengapa aku masih memiliki sayap saat terbangun? Mengapa ada orang yang mirip denganku tertidur di kasurku, siapakah dia? Siapakah aku?

By Bavai Damos Natanael Siagian
1 Mei 2012, Bandung
@My Home