Tuesday, January 17, 2017

The Trip

Aku duduk santai di bangku kereta yang nyaman, melihat pemandangan, mendengarkan lagu-lagu kesukaanku, dan menulis kenangan indah dari tiap detik yang terlewatkan. Pengalaman yang akan amat sangat jarang sekali aku alami. Kenikmatan semakin bertambah dengan roti isi coklat dan kopi kalengan yang menjadi bekal perjalanan ini. Sebuah keberuntungan mendapat inspirasi di saat-saat terakhir masa istirahatku dari dunia nyata, motivasi dari seorang sahabat baru. Indahnya kembali menjadi diriku sendiri di momen yang indah ini. Sebuah perjalanan ratusan kilometer di atas kereta dengan pemandangan alam yang indah. Seandainya bisa kubawa, namun tidak semua yang indah harus kumiliki sendiri, bukan?

Perjalanan, berisi  senyuman, tangisan tersembunyi, semangat, kelelahan, dan banyak hal lainnya. Seorang pengembara, pengelana, petualang, aku ingin menjadi seperti itu. Memiliki banyak tujuan, namun paling menikmati perjalanannya, bukan tujuannya. Jika sudah sampai tujuan, yasudah, begitu saja. Akhirnya mencari tujuan baru. Tak pernah terpikirkan tujuan yang begitu cepat digapai, tujuanku selalu jauh. Karena jauh itulah di tiap bagian dari perjalananku bisa saja tercapai tujuan-tujuan kecil yang diinginkan orang lain, tujuan singkat itu.

Melihat semua ini, merasakan semuanya, mendengarkan banyak hal, kuamati semua, tak jauh berbeda dengan hidupku. Aku berada dalam ruang lingkup yang sama dengan banyak orang. Semuanya mengarah ke satu tujuan yang sama, dengan segala keindahan yang kami lihat dalam setiap inci proses perjalanannya. Bersama-sama namun cukup dijalani sendiri saja. Aku akui aku butuh kesendirian lebih banyak daripada sebagian besar orang. Untuk apa? Dasar anti-sosial! Tidak, bukan begitu, aku hanya ingin menuliskan sesuatu tanpa gangguan dari banyak orang, aku hanya ingin meresapi banyak hal. Kondisi ramai hanya membuatku justru menjadi lemah dan kesepian. Tahukah kamu? Tentu tidak, hanya sahabat-sahabatku yang tahu. Apakah kamu sahabatku? Ah, aku terpikir sesuatu, apa yang membuatmu bahagia, sobat? Tanyakan itu padaku, maka hanya satu saja jawabanku, ”Jangan berhenti memanggilku sobat”. Aku senang mendapat teman baru, semakin senang jika ia menjadi seorang sahabat, namun aku baru bahagia jika ia bertahan untuk tetap bersamaku menjalani perjalanan hidupku.

Perjalananku di atas kereta ini belum usai, masih ada dua jam lagi. Kalau perjalanan hidupku? Entahlah akan berapa lama lagi, dan itulah bagian menariknya, bukan? Bagaimana tidak? Aku menikmati perjalananku, aku tidak tahu kapan akan berakhir, artinya aku masih dalam perjalanan, belum berakhir! Senyumku, tangisku, tawaku, marahku, semua yang kurasakan bagai perasa makanan kehidupan ini. Setiap tahap, setiap langkah, layaknya level dalam tiap video game yang aku mainkan, hanya saja dengan kualitas grafis yang sangat menawan. Semoga komputer Tuhan tidak kepanasan memproses setiap bit dalam perjalananku. Aku masih belum sampai…. Belum.

Berbeda Tak Apa-apa kan?

Jika kita berbeda, tak perlu dibawa susah
Bisa saling melengkapi, bukan?
Jika kita sama, jangan terlalu senang
Bisa saling sikut untuk bersaing, bukan?

Berkelompok?
Bukan cara hidupku, itu mungkin hidupmu
Tak perlu dibawa susah
Aku pasti punya banyak waktu untukmu, bukan?

Tak apa jika kita berbeda
Jika kamu seorang model, aku seorang fotografernya
Jika kamu menjadi penyanyi, aku menjadi pengarang liriknya
Jika kamu ingin berbicara, aku akan mendengarkannya

Berubah jadi yang kamu mau, bisa saja
Tapi jangan menyesal jika kamu tak mengenaliku lagi
Tak perlu berharap aku akan kembali
Aku berubah demi kamu loh!

Jika kita berbeda, mengapa tak saling mengimbangi?
Tak apa berbeda namun bisa jadi satu
Jangan sama tapi tak bersatu seperti sepatu
Tak apa-apa kan jika kita berbeda?

Friday, November 27, 2015

Hilang

Aku diam terpaku
Di tengah ruang kosong
Ditatap oleh empat sisi tembok kaku
Di atas lantai dingin pucat
Ada yang hilang

Bayangmu tersisa di atas tempat tidur hangat dan nyaman
Sedangkan aku membiarkanmu tidur di atas sana
Aku tidur di lantai agar tak mengganggu tidur pulasmu
Aku merasa ada yang hilang

Di tengah hujan
Langit gelap
Ditemani Hot Green Tea Latte
Aku merindukanmu
Aku bersama memori kita bersama
Tetap saja aku merasa ada yang hilang

Aku menulis tentangmu
Aku mendengar suaramu dari benda kotak itu
Aku mendengar tawamu
Aku mendengar nyanyianmu
Tetapi tetap saja aku merasa ada yang hilang

Melihatmu, meskipun di balik kaca benda kotak itu
Senyumku begitu bahagia bersama tangis rinduku
Seandainya....
Seandainya tak ada salahku
Seandainya tak ada dirinya
Seandainya tak ada api cemburu itu
Seandainya suaranya tak ada saat mendengar suaramu
Seandainya raganya tak ada saat melihat ragamu
Seandainya tak ada salahku
Tidak akan ada yang hilang

Menangis Tanpamu

Maaf....
Hanya dapat berkata maaf
Apa salahku meminta waktumu?
Apa salahku merindukanmu?
Aku menangis, kesepian tanpamu
Kamu hanya marah kelelahan

Maaf....
Maaf katamu?!
Lupakah siapa dirimu bagiku?
Mengapa?
Aku hanya bisa mengerti
Tidak boleh ada kecacatan

Maaf....
Maaf juga kataku
Tak sempurna bagimu
Tak jadi pendamping yang baik bagimu
Tak dapat mengerti sibukmu
Aku hanya.... Merindukanmu
Seharusnya kamu mengerti

Maaf....
Aku menangis di sini
Merindukanmu memberi perhatian
Merindukanmu mendekapku saat tangisku hadir
Merindukan senyum tawamu yang menular itu
Aku menangis di sini
Tanpamu....

Maaf........

Untuk dirimu yang jauh di sana,
inilah tangismu,
maaf aku tidak ada di sana
Love, Shin
I miss you too

Terpisah

satu detik
melihat wajah rindumu
satu menit
air matamu mulai menggenang
satu jam
saatnya ragaku pergi tinggalkanmu
satu hari
tak tahan dirimu ingin bertemu denganku kembali
satu minggu
terasa seperti setahun tak bertemu

satu milimeter
jarak terjauh tanganmu dari tanganku
satu sentimeter
jarak terjauh tubuhmu dari tubuhku
satu meter
jarak terjauh diriku dengan dirimu sebelum ragaku pergi
satu kilometer
mulai terasa jauh dan ingin kembali
sekitar seratus lima puluh kilometer
pemisah dua raga yang saling rindu

bukan waktu yang berjalan lambat
bukan jarak yang memisahkan jauh
semua karena rindu
semua karena cinta
terpisah....
tak selamanya jauh, satu saat akan bersatu kembali
tak selamanya lama, satu saat akan terasa singkat

Rinduku dan rindumu
akankah jarak dan waktu mengubahkan kita?
Aku mencintaimu,
dan telah merindukanmu
sejak jarak satu milimeter tanganku terpisah dengan tanganmmu
sejak waktu satu detik melihat wajah penuh rindumu

Tuesday, March 24, 2015

Si Munafik Bermulut "Baik"

Mulut memang berbahaya
Semua orang takut padanya
Membunuh semua orang
Membangkitkan semua orang

Gunakan perkataan itu demi kebaikan
Kebaikan banyak orang
Bukan hanya agar terlihat bahwa kamu baik
Bukan untuk memperlihatkan kemunafikan

Kemunafikan, kepalsuan, dan gengsi
Mengubah pemikiranmu sendiri terhalang
Munafik sikapmu
Palsu tindak lakumu
Gengsi untuk mengaku salah

Berkoar-koarlah sesuka mulutmu
Tidak ada yang peduli
Khususnya aku
Yang peduli hanya orang yang kmu jilat
Dasar penjilat

Kalau memang baik
Berlakulah baik
Bukan hanya mmberi pernyataan,
“Saya orang baik!”

Tidak ada yang perduli dengan perkataanmu
Sebab kamu adalah penjilat
Si munafik yang lupa akan dirinya sendiri
Si orang gagal yang berusaha berhasil dengan cara yang salah
Si sombong yang tidak tahu apa yang disombongkannya

Berkoar-koar sajalah
Tidak ada yang perduli
Hanya mereka yang kamu jilat

Dasar penjilat!

By Bavai Damos Natanael Siagian

Terikat

Ini aku sendiri di kota Jakarta yang ramai
Sendiri menjalani kehidupanku bersama dengan ketiadaan
Bersama dengan debu dan bising kota Jakarta yang ramai
Apakah ini rasanya tinggal di kota metropolitan itu?
Sendirian meski di tengah keramaian?

Aku mulai menjalani hari demi hari
Bergaul dengan orang di sekitarku
Indah namun tak pasti
Tak ada yang bisa benar-benar dikenali
Bagaimana aku bisa bertahan dengan kesendirian ini?
Aku pasrahkan kepada Tuhan yang telah membimbingku.

Aku ingin bebas pergi kemanapun
Bebas terbang kemanapun aku mau
Namun tidak sendirian seperti ini
Pengalaman baru itu menarik
Namun tidak dalam kesendirian

Aku terpikir untuk pulang
Menyerah sajalah, kataku
Namun apa daya minat dan motivasi itu terus menerus ada
Aku akhirnya terus menjalani hari yang menjenuhkan ini

Tak terpikir lagi untuk pulang
Untuk bebas pergi saja sudah sulit
Aku terkungkung dalam ruang kejenuhan dan kedataran hidup
Aku tidak bebas mengungkapkan pikiran bebasku
Aku tidak bisa terbang bebas

Segalanya harus berasal dari sumber yang telah ada
Namun salahkah jika sumber itu adalah diriku sendiri?

Salahkah jikaku tidak menggunakan sumber yang telah ada?

By Bavai Damos Natanael Siagian