Tak
ku sangka jadi seperti ini, cinta datang tiba-tiba di saat yang salah
dan pada orang yang salah. Sekejap hancur begitu saja karena satu hal
yang sebenarnya tidak penting, kedatangan “Sang Pangeran” di
hidupnya. Tidak ada hak untukku cemburu, tapi hati ini sakit karena
kebodohannya sendiri. Hati tak peduli pada kondisi, tak peduli
prinsip, hingga membuatku sakit begini. Lagipula untuk apa aku
menumpang lewat saat ia sedang jatuh cinta pada seseorang, hanya
membuatku menjadi bahan gosip dan tak lebih dari sekedar sorakan
“ciiee..!!” yang ku dapatkan.
Melihatnya
bersama pria itu aku hanya bisa tersenyum pahit, padahal tak ada
usahaku mendekatinya. Dia pun hanya tersenyum manis membalas senyum
palsuku itu. Tidak ada kepekaan darinya, tidak ada respon dariku.
Kami sedang buta, tuli, namun tetap berbicara satu sama lain.
Sebenarnya apa yang ada di pikiran dan hatinya? Di pikiran dan hatiku
dipenuhi tentang kamu dan rasa sakit karenanya.
Rasa
cemburu terasa bagaikan perang antara Israel Palestina, hancur lebur
semuanya. Aku berusaha bangkit dengan tetesan air mata, melihatnya
bahagia bersama pria itu. Aku mundur perlahan, walau rasa ingin
mencabut nyawa pria itu yang menodai rasa cintaku padanya. Tak ingin
lagi aku berhubungan dengannya, pergi saja, menghilang dari
pandangnya. Aku bukan siapa-siapa, hanya pria payah yang tak dapat
mengungkapkan perasaannya. Aku hanyalah sebah sketsa pria idaman,
tidak berwarna, tidak ada yang mewarnai. Berbeda dengannya yang telah
memiliki warna-warni cinta dalam hidupnya, indah bagai pelangi.
Semakin
lama semakin mati rasaku padanya, cemburu berubah menjadi kebahagiaan
yang entah mengapa bisa muncul pada perasaanku. Inikah rasanya
ditinggalkan cinta tiba-tiba datang dan pergi? Senyumanku semakin
lebar, senyuman pria pengecut ini semakin berseri. Mungkinkah aku
kembali bahagia sendirian di tengah dunia keras ini? Di depan dia
yang datang dan pergi begitu saja tanpa menyambut dan berkata selamat
tinggal, aku akan bertahan dan bahagia. Aku bukan siapa-siapa, anggap
saja aku hantu yang berusaha merasukinya dengan cinta yang tak
terungkapkan. Untuknya.... Nikmati saja senyumku ini selagi bisa.
By Bavai Damos Natanael Siagian
Kamis, 9 Oktober 2014
@Perpustakaan STTJ