Monday, November 24, 2014

Let Me Fly

Biarkan aku terbang.
Biarkan aku bebas.
Biarkan aku menjelajahi dunia.
Biarkan aku menjadi diriku.

Salahkah jika aku mempunyai pikiranku sendiri akan hidup ini?
Salahkah jika aku mengungkapkan kebenaran yang ada di benakku?
Salahkah jika aku tak setuju dengan pendapatmu?

Jika tidak, mengapa menahanku?
Jika tidak, mengapa mengabaikanku?
Jika tidak, mengapa membungkamku?

Bisakah aku bebas?

Bavai Damos Natanael Siagian
24 November 2014
@Perpustakaan STTJ

Tuesday, November 4, 2014

Di Sini Aku Kembali

Aku kembali ke tempat dimana aku berasal. Hujan kecil menyambutku sepanjang perjalanan pulangku. Sejuk, dingin, itulah yang kurindukan setelah sekian lama aku berada di tempat panas. Terasa bagikan surga dengan kebenciannya tersendiri. Masa lalu yang manis hingga terpahit, terukir semua di kotaku ini. Sebuah pengalaman seorang petualang hidup, mencari makna hidup dari kehidupan lain di sekitarku.

Kembali kepada petualangan lama, bertemu orang lama. Namun tetap menyenangkan untuk dijalani, aku dapat terbang bebas tanpa takut tersesat. Kerangkeng masa lalu telah terbuka dan menjadikan sebuah kebebasan. Kemerdekaan dalam hidup, semua terlihat indah dari luar kerangkeng itu.

Di tengah hujan ini aku berjalan dengan sebuah senyuman dengan banyak ekspresi. Kemarahan, kesedihan, kegembiraan, haru, mencekam, cerah, gelap. Di sini aku kembali, kembali sebagai seorang yang baru. Seseorang yang kembali dengan logika terasah dan mental berlapis ganda. Seorang yang kembali dengan luka, namun masih menyimpan senyum di wajah.

Menangis pun tidak ada yang tau, hujan menutupinya. Benar-benar waktu yang tepat untuk kembali ke tempat ini. Tepat saat hujan turun membasahiku. Menutupi ekspresi sedihku, membuatku terlihat tegar. Di sini aku kembali...

Bavai Damos Natanael Siagian
31 Oktober 2014
@Bandung Trade Center

Friday, October 10, 2014

Aku Ada untuk Disakiti

Tertawa saja sepuasmu, tertawalah! Bermanis-manislah sikapmu padaku. Tidak tahukah kamu bahwa aku tersakiti? Sakit rasanya melihatmu, ingin aku tersenyum lebar di depanmu sambil meneteskan air mata sampah yang terbuang untukmu. Air mata kepedulianku terhadapmu, air mata yang sia-sia. Sebenarnya siapa dirimu ini? Manusia macam apa kamu?

Kesepiankah dirimu? Kosongkah hatimu? Hancurkah pikiranmu? Ceritakanlah agar aku mengerti dirimu. Jangan berdiam seperti itu sobat. Aku di sini, jangan anggap aku tiada, jangan anggap aku bagaikan angin yang menghembus namun tak terlihat. Ceritakanlah!

Aku juga pernah merasakan yang kamu rasakan, pernah aku menjadi seperti dirimu bahkan lebih buruk. Tapi lihatlah aku berpaling dari masa itu dan selamat dari beban itu. Aku yakin kamu bisa, kamu bisa bilang kalau aku tidak mengerti posisimu, itu terserah kamu. Aku hanya ingin berusaha ada untukmu, karena aku terlalu terbiasa menjadi “tiada”.

AKU ADA!

By Bavai Damos Natanael Siagian
Kamis, 9 Oktober 2014
@Asrama Putra STTJ

Thursday, October 9, 2014

Bukan Siapa-Siapa

Tak ku sangka jadi seperti ini, cinta datang tiba-tiba di saat yang salah dan pada orang yang salah. Sekejap hancur begitu saja karena satu hal yang sebenarnya tidak penting, kedatangan “Sang Pangeran” di hidupnya. Tidak ada hak untukku cemburu, tapi hati ini sakit karena kebodohannya sendiri. Hati tak peduli pada kondisi, tak peduli prinsip, hingga membuatku sakit begini. Lagipula untuk apa aku menumpang lewat saat ia sedang jatuh cinta pada seseorang, hanya membuatku menjadi bahan gosip dan tak lebih dari sekedar sorakan “ciiee..!!” yang ku dapatkan.

Melihatnya bersama pria itu aku hanya bisa tersenyum pahit, padahal tak ada usahaku mendekatinya. Dia pun hanya tersenyum manis membalas senyum palsuku itu. Tidak ada kepekaan darinya, tidak ada respon dariku. Kami sedang buta, tuli, namun tetap berbicara satu sama lain. Sebenarnya apa yang ada di pikiran dan hatinya? Di pikiran dan hatiku dipenuhi tentang kamu dan rasa sakit karenanya.

Rasa cemburu terasa bagaikan perang antara Israel Palestina, hancur lebur semuanya. Aku berusaha bangkit dengan tetesan air mata, melihatnya bahagia bersama pria itu. Aku mundur perlahan, walau rasa ingin mencabut nyawa pria itu yang menodai rasa cintaku padanya. Tak ingin lagi aku berhubungan dengannya, pergi saja, menghilang dari pandangnya. Aku bukan siapa-siapa, hanya pria payah yang tak dapat mengungkapkan perasaannya. Aku hanyalah sebah sketsa pria idaman, tidak berwarna, tidak ada yang mewarnai. Berbeda dengannya yang telah memiliki warna-warni cinta dalam hidupnya, indah bagai pelangi.

Semakin lama semakin mati rasaku padanya, cemburu berubah menjadi kebahagiaan yang entah mengapa bisa muncul pada perasaanku. Inikah rasanya ditinggalkan cinta tiba-tiba datang dan pergi? Senyumanku semakin lebar, senyuman pria pengecut ini semakin berseri. Mungkinkah aku kembali bahagia sendirian di tengah dunia keras ini? Di depan dia yang datang dan pergi begitu saja tanpa menyambut dan berkata selamat tinggal, aku akan bertahan dan bahagia. Aku bukan siapa-siapa, anggap saja aku hantu yang berusaha merasukinya dengan cinta yang tak terungkapkan. Untuknya.... Nikmati saja senyumku ini selagi bisa.

By Bavai Damos Natanael Siagian
Kamis, 9 Oktober 2014
@Perpustakaan STTJ

Wednesday, October 8, 2014

Under The Rain

Di bawah hujan aku menangis, tertawa, berlari, berjalan. Lakukan apapun yang aku mau sesuai perasaan hatiku, melepas gundah, melepas sakit hati. Di bawah hujan aku tertawa, tertawa pada diri sendiri, betapa bodohnya aku hingga tersakiti. Di bawah hujan aku menangis, menangisi diri sendiri, betapa sakitnya hatiku. Di bawah hujan aku berlari, lari dari kenyataan bahwa aku orang yang terikat padamu. Di bawah hujan aku berjalan, jalan maju meski tak tentu tujuan.

Di bawah hujan aku menangis tanpa ada yang tahu. Air mataku bercampur dengan tetesan air hujan yang membasahiku. Di bawah hujan aku berlari tanpa merasa lelah, jantungku berdebar kencang dan terasa sesak namun aku tetap berlari. Tak kurasakan lagi panas tubuhku karena mati rasa akan suhu dalam tubuhku sendiri. Aku berteriak, "Aku sendirian!", tidak ada yang mendengar karena tertutup suara hujan deras yang menerpa bumi.

Di bawah hujan aku berdiri terdiam, menangis melepas rasa sakit. Terdiam menunggu, kedinginan sendirian, aku menunggu seseorang datang membawa payung untukku dan berkata, "Matahari akan datang dan tetes hujan akan menjadi pelangi." 




By Bavai Damos Natanael Siagian
Rabu, 8 Oktober 2014
@Perpustakaan STTJ

Di Sini Aku Ada

Melihatmu tersenyum cukup bagiku, terpesona aku melihatnya. Membuatmu tersenyum adalah kebagiaanku, kebahagiaan yang sangat bernilai di hidupku. Kamu berarti bagiku, bagiku yang hanya dapat membuatmu tersenyum. Sulit bagiku dapatkan hatimu.

Aku bukan siapa-siapa, hanya orang yang menumpang lewat di sebagian hidupmu. Membuatmu tersenyum saat kamu sedih bagaikan kewajibanku. Tetapi tetap saja aku bukan siapa-siapa bagimu. Hatimu bagaikan harta karun yang terpendam entah dimana tanpa peta petunjuk untuk menemukannya. Kamu tersenyum, aku tersenyum, namun hatiku sakit karena tak merasa puas akan senyummu. Namun aku dengan bodohnya tetap memberi cintaku padamu yang tidak kamu sadari itu.

Di sini aku ada. Ada untuk kamu. Aku yang memberimu cinta, dan cintaku memberimu senyuman. Aku bahagia memberimu cinta, walau hati tak puas aku tetap memberikannya padamu. Saat aku memberi cinta, saat itu aku bahagia walau tanpa balasan cinta darimu. Di sini aku ada. Ada untuk kamu. Kamu yang ada di hatiku, segalanya untukmu.

By Bavai Damos Natanael Siagian
Rabu, 8 Oktober 2014
@Perpustakaan STTJ

Thursday, September 11, 2014

Lukisan Dirimu

Aku ingin menjadikanmu sebuah lukisan, bukan sebuah patung. Meskipun kamu hanya dapat aku lihat dari satu arah, namun gambaran akan dirimu dapat membuatku tenang, membuatku merasa lebih baik dan membuatku ingin selalu menatapmu. Senyum indah terlukis di wajahmu, semakin takkan ku lepas pandangku darimu.

Ingin aku simpan lukisan dirimu di tempat yang dapat dilihat banyak orang. Ingin kubagikan keindahan yang terpancar dari lukisanmu. Tidak sia-sia kerja keras dan usaha Sang Pelukis yang membuatmu, keindahan hasil karya-Nya sungguh memukau. Tidak sia-sia juga kanvas diri yang telah sakit dan pahit merasakan kuas dan cat kehidupan, dengan warna-warni problema kehidupan, menghasilkan lukisan dirimu yang indah.

Tak akan ku jual lukisan dirimu pada orang lain, kamu berharga, siapapun kamu, apapun latar belakangmu, dan jadi apa kamu, kamulah keindahan bagiku. Selalu ada permata di tengah asinnya lautan, selalu ada pelangi sehabis hujan. Kamulah lukisan terindah, terlukis indah bagai permata, terlukis indah bagai pelangi.

Bavai Damos Natanael Siagian
inspired by: Ajeng Sintia Dewi
9 September 2014
@Asrama Putra STTJ

Monday, September 8, 2014

Siapakah Aku? (2)

Aku ada tetapi tiada. Ada saat kau jatuh, tiada saat kau bangkit. Aku menjadi cahaya bagimu, katamu padaku. Aku menjadi pengganggu bagimu, katamu juga padaku. Aku hitam dan putih bagimu, tak jelas baik atau buruk, bukan abu-abu. Anggap aku sesukamu, sesuai perasaan sementaramu itu, sesuai pikiran yang tersirat di otakmu.

Mungkin saja kau menganggapku egois karena aku memintamu untuk mengerti aku. Tapi aku pun sama denganmu yang ingin dimengerti, aku masih manusia. Mungkin aku dapat menggunakan topeng kebahagiaan di depan banyak orang, tapi tidak di hadapanmu. Aku lelah melihatmu, menuntut aku ini dan itu saat kau sedih dan menghempaskan aku saat kau senang, merasa kau sendiri yang menyelesaikan masalah.

Saat aku melakukan kesalahan, butuh kurban perasaan dan pikiran sampai kau memaafkanku. Saat kau melakukan kesalahan, anggap saja angin lalu dan aku tetap ceria. Aku terlalu baik untukmu? Yang banyak tersenyum adalah orang yang banyak masalah itu adalah hal benar untukku. Dan bukan hanya masalahku sendiri, aku pun menopang masalahmu. Siapakah sebenarnya aku bagimu?

Bavai Damos Natanael Siagian
7 September 2014
@Asrama Putra STTJ

Friday, September 5, 2014

Teman

Teman hanyalah boneka perasaan kita. Ya, hanya sebuah bentuk boneka, mainkan hatinya, perasaannya, hidupnya, hancurkan saja, karena teman bukan siapa-siapa bagi kita. Kita hidup hanya untuk diri kita sendiri, untuk apa berbagi? Hanya orang gila saja yang berbagi dengan bonekanya.

Teman hanyalah kelompok manusia yang berkumpul menggunakan topeng, tidak otentik. Hanya segerombolan manusia yang bersama mencari jati diri dan perhatian orang lain. Hidup hanya demi kepentingan kelompok.

Teman hanyalah untuk menentukan derajat sosial kita. Berteman dengan orang kaya akan membuat kita dipandang sebagai orang kaya, berteman dengan anak jalanan kan membuat kita dipandang sebagai anak jalanan. Saat dunia melihat siapa teman kita, begitulah juga kita dipandangan dunia ini. Tak peduli siapa diri kita sebenarnya, tak peduli keunikan diri kita dibanding teman-teman kita.

Teman.... semoga kau tidak begitu. Aku berharap aku bisa menjadi teman terbaikmu, menerimamu, menasihatimu, mengenal keunikanmu. Aku harap kamu pun begitu, aku ingin berjalan bersamamu, tidak berjalan di belakangmu, di depanmu, tetapi berjalan di sisimu.

Bavai Damos Natanael Siagian
5 September 2014
@STTJ

Thursday, September 4, 2014

Lilin Kecil

Sobat, mengapa kau bersedih? Kehilangan? Kesepian? Aku di sini sobat, angkatlah kepalamu dan lihatlah aku di sisimu. Kamu tidak sendirian menjalani hidup ini, kita dapat berbagi banyak hal. Tidak ada hal yang memalukan untuk kau bagikan, siapapun kamu dan apapun latar belakangmu aku ada untukmu. Berbaglah sobat, meski hanya cerita keluh kesahmu, aku bahagia berbagi denganmu.

Aku ingin menjadi lilin kecil bagimu di tengah kegelapan hidupmu. Menemanimu, menerangimu, menghangatkanmu, meski kecil tapi hanya itulah yang bisa kulakukan untukmu kini. Aku ada saat kegelapan menimpamu, dan aku bahagia saat terang datang padamu meski redup cahayaku dibanding cahaya yang menerpamu. Saat kegelapan kembali hadir dalam hidupmu, aku ada di sana untukmu. Namun, akankah kau menaungiku saat angin mencoba menerpaku? Meskipun tidak, aku akan tetap berusaha menyala. Tetapi berhati-hatilah saat angin menerpaku, aku bisa menjadi api besar yang membakarmu.

Bavai Damos Natanael Siagian
4 September 2014
@STTJ